Yang namanya hidup, terkadang yang
terjadi bukan yang kita inginkan. Dan yang kita inginkan belum tentu terjadi.
Ada yang ingat sama peristiwa Tsunami di Aceh tahun 2004 dulu, yang sampai memporak
porandakan bumi Serambi Mekkah itu. Ratusan bahkan ribuan nyawa melayang. Siapapun,
aku yakin pasti sama sekali nggak menginkan peristiwa itu terjadi.
Atau
peristiwa pindahnya Cristiano Ronaldo ke Real Madrid, yang denger-denger
alasannya karna Uang. Iya, Real Madrid mampu membayar lebih daripada MU. Aku
yakin sebagian besar para sahabat MU (nama fans MU) pasti kecewa, sedih dan
nggak terima. Tapi apa daya, uang berbicara lain, dan menyebabkan Ronaldo
ngacir ke Real Madrid.
Nah
yang terjadi sama aku di semester ini tuh kurang lebih sama kaya dua peristiwa
diatas. Yang terjadi bukan yang diinginkan. Nggak sefenomenal itu sih, sama
sekali nggak memakan korban jiwa, sama sekali nggak melibatkan apalagi sampai
menghabiskan banyak uang, enggak! Musibah yang menimpa aku dan manteman di
semester ini adalah......... diacaknya kelas. Blam!
Oke,
biarkan saya tarik nafas dulu.
Udah
aku bilangkan, musibah ini emang nggak semengenaskan dua peristiwa diatas. Tapi
ini cukup mengguncang mental dan hati kita. #halah!!!
Kebayang sudah bagaimana garing dan BeTe nya dikelas tanpa kehadiran
makhluk makhluk jail ini. Belum lagi ditambah dengan kehadiran orang-orang
asing yang sikapnya macem-macem dan aneh-aneh. Juga mata kuliah yang semakin tak dimengerti,
komplit sudah kesuraman ini >_<
Awalnya
aku yakin bakal tetep sekelas sama mereka. Kenapa bisa yakin? Karna
denger-denger sistem acak kadut kelas semester ini dilihat dari nilai. Yang
nilainya sekian sampai sekian dikelas ini, yang nilainya gini sampe gitu di
kelas itu, begitu seterusnya sampai kelas terakhir. Aku yakin banget kalau
sistemnya seperti itu pasti bakal tetep sekelas. Secara, pas semester dua
kemarin kertas ujian kita baik UTS maupun UAS bentuknya sama persis gak ada
yang beda, nilai kelompok juga sama karna semua mata kuliah kita satu kelompok,
jadi pasti nilai IPK kita juga sama. Begitu sekiranya pikiran ku waktu itu.
Tapi ooh tapi, Tuhan berkata lain. Begitu hari “H” tiba kita buka website buat
liat IPK ternyata nilainya beragam, alias nggak sama. Dan itu menyebabkan kelas
kita berbeda.
![]() |
Kelas A |
![]() |
Kelas B |
![]() |
Kelas C |
![]() |
Kelas D |
Selain
kelas nya beda, jadwal kita juga beda. Kelas aku masuk, kelas yang lain keluar.
Kelas yang lain masuk, kelas akunya yang keluar. Jadilah kita juga kesulitan
mengatur waktu buat nangkring bareng lagi depan kampus sekedar buat ngegodain
mang Siomay atau sekedar buat foto-foto najis di WC. Huuuft!
Sekarang
tiap mau ngumpul pasti banyak rintangan dan halangannya, yang alasannya kerja
kelompoklah, risetlah, ada acara atau jadwal tambahan kelas lah dan masih
banyak lah lah lainnya. Oh iya, apalagi jadwal ngumpul bareng sama Eva, makin
susah. Secara, sekarang dia lagi punya proyek besar buat masa depannya,
menyebabkan dia harus cuti dulu beberapa semster. *Semangat Eva!
Hmm..
Sebenernya
kalau di usut lebih dalam, ternyata pengacak kadutan kelas ini gak mutlak karna
nila juga. Soalnya beberapa diantara kita ada yang IPK nya gede tapi nggak
tergabung di kelas semestinya, pun sebaliknya, ada yang nilainya ‘gitu’ tapi
malah dapet kelas yang ‘gini’. Ah entahlah.. lagi-lagi pusat mengecewakan
mahasiswa-mahasiswanya. Mungkin para beliau mikir hal ini sama sekali nggak ada
pengaruhnya sama kinerja belajar kita, padahal faktor ini (Lingkungan) adalah
faktor utama yang mempengaruhi gaya hidup, semangat, juga kinerja belajar kita.
(Menurut aku sih).
Dan
kebukti, minggu pertama kemarin, salah satu grup di FB heboh dengan status
mahasiswa yang curhat atau lebih tepatnya ngeluh karna kelas yang sekarang
nggak se asyik kelas semester lalu. Entah maksudnya tempat belajarnya, mata
kuliahnya atau dosennya yang mereka maksud nggak asyik, yang pasti meraka
(termasuk aku meras kurang nyaman dengan sistem ini).
Okelah,
mungkin ini efek dari suasana baru. Wajar kalau masih canggung. Butuh proses
dan adaptasi untuk menyesuaikan. Tapi kapan mau bisa sesuai dan fokus belajar,
kalau baru aja deket dan ngerasa sreg udah harus dipisah lagi??? Jadi begini
Pak, Bu Dosen. Anda bayangkan, yang namanya proses penyesuaian diri seseorang
itu nggak sama. Ada yang baru kenal satu hari udah sreg dan nyaman, tapi ada
juga yang sampai membutuhkan waktu berbulan-bulan baru bisa berbaur dan ngerasa
cocok sama lingkungan baru. Nah, sekarang bayangin, lagi deket-deketnya, lagi
romantis-romantisnya tiba-tiba harus berpisah lagi karna sistem pengacakan kelas.
Bayangin gimana rasanya jadi mereka-mereka yang sulit beradaptasi?
Jadi
ini sangat bohong kalau tidak berpengaruh terhadap kinerja belajar kita.
Apalagi disetiap semester pasti ada yang namanya kerja kelompok. Dan beberapa
dari Dosen membagi kelompoknya sesuai selera kita, dalam arti tidak menurut
absen. Gak jarang ada beberapa orang yang nggak punya kelompok hanya karna
alasan “nggak ada yang kenal” atau “nggak “ada yang ngajak aku”. Mari kita
bayangkan sebentar bagaimana kalau kita jadi dia. Masih nganggap sistem acak
kadut ini sepele?
Oke,
mungkin ada beberapa yang sama sekali tak mempermasalahkan ini. Ya,
mereka-mereka yang nggak peka dan kurang membuka mata. Ah semoga saja ini cuma
sangkaan ku aja.
Well,
buat temen-temen yang mau berbagi kisah tentang hari pertama di semester baru
boleh komentar di bawah..
7 komentar:
Semester 4 kita bersatu lagi #berharap :'(
Wah kalau saya mah sama temen seangkatan bakal sekelas terus sampai lulus.
Amiin ')
Tinggal pinter pinter jaga kekompokkan kalo gitu :)
Mungkin para beliau mikir hal ini sama sekali nggak ada pengaruhnya sama kinerja belajar kita, padahal faktor ini (Lingkungan) adalah faktor utama yang mempengaruhi gaya hidup, semangat, juga kinerja belajar kita. (Menurut aku sih)
anjrit true pisan eta euy :v
Jery: Naaah :D
masuk kellas kayak mau masuk rumah hantu horor man,:v
apalagi bentar lagi banyak persentasik kwkwkwk
Posting Komentar