Kejadian
ini berawal dari acara gadang. Aku sama temen-temen se kost an punya agenda
wajib tersendiri setiap kali Ujian Tengah Semester (UTS) datang melambai-lambai
di depan mata. Agenda apa itu? Yap! Agenda SKS alias sistem kebut semalam. Aku
dan dua orang temanku yang terkenal cuek sama buku catatan, mendadak rajin
nulis malam itu. Iya, nulis semua bahan-bahan buat besok UTS *pliis pliiss
mohon jangan ditiru. Nah berhubung besok ada dua mata kuliah yang hendak di ujikan
jadilah kita gadang sampai jam dua pagi demi memenuhi semua bahan-bahan buat
UTS itu. Padahal besok masuk jam delapan pagi. Setelah diyakini semua beres
kita pun tidur, tentu setelah masang alaram biar besok gak kesiangan. Namun
untung tak dapat dikejar, malang tak dapat di tolak, pagi itu kita bertiga
bangun kesiangan!!! Jam alarm yang kita pasang jam enam pagi gak berbunyi.
Setelah di cek ternyata ponselku, yang waktu itu dijadikan alaram mati karna
batre low. Aaarrrgh..!!!
Waktu itu jam menunjukan pukul
07.30, itu artinya kita cuma punya waktu 30 menit buat siap-siap dan berangkat
ke kampus. Jangankan sarapan, pagi itu kita gak mandi. Bayangkan gak mandi!
Andai ini ujian harian biasa mungkin kita gak akan sepanik ini, tapi hari ini
kita mau UTS, ujian yang hasilnya mempunyai pengaruh 40% terhadap nilai IP.
Jadilah kita cuma cuci muka dan langsung terbirit-birit lari ke jalan raya.
Biasanya kita naik angkot, dan itu memakan waktu sekitar 20 menit. Belum lagi
ditambah macet dan ngetemnya. Itu sama sekali tidak akan menyelamatkan kita.
Atas usul salah satu temanku, pagi itu kita sepakat buat naik becak. Setelah di
hitung hitung kalau naik becak cuma memakan waktu 15 menit. Lumayanlah.
Dan karna kita anak kostan, yang
kehidupannya serba pas-pas an, kita gak mau mendadak kere dan kelaparan
seminggu kedepan hanya karna uang jajan abis buat bayar ini becak. Jadilah kita
naik di satu becak. Aku dan satu temanku duduk di jok, dan satu lagi duduk di
bawah. Iya dibawah, di tempat kaki. Silahkan bayangkan sendiri gimana posisi
kita waktu itu.
“Mang, ke kampus. Cepet ya,
ngebuutt!” kataku ke mang becak.
Sesuai yang aku minta, si mang becak
langsung menggenjot becak ala roller coaster! Segala lobang yang ada di jalanan
itu diterjang dengan ganasnya. Aku menutup mata ketakutan,temanku yang duduk
dibawah jerit-jerit histeris sambil mencari pegangan, berusaha tidak terpental
dari becak. Sampai tibalah kita di sebuah tikungan, becak yang kita tumpangi
ini berpapasan sama sebuah mobil Jazz yang melaju gak kalah ngebut sama kita.
Ciiiiittttt...!!! si mang becak
mengerem tanpa aba-aba.
OMG! Temanku yang duduk di bawah
terpental dari becak. Aku buru-buru menghampirinya, mukanya pucat pasi dan
sikut sama jari kakinya lecet dan mengeluarkan darah. Kita panik, si mang becak
juga gak kalah panik. Jam nunjukin pukul 07.45, seperempat jam lagi masuk.
Beruntung tempat kita jatuh ini gak jauh dari rumah Bu dokter yang lagi buka
praktek. Si mang becak membawa temanku yang luka ini ke tempat bu dokter, aku
dan temanku yang satu berjalan mengikuti dari belakang.
“Keserempet mobil ya?” tebak Bu
dokter begitu melihat kondisi temanku.
“Bukan bu, tapi terpental dari
becak.” Sahutku. Bu dokter tersenyum.
Bahaya ini kalau harus nungguin
temanku selesai di obatin, bisa-bisa kita semua telat. Mana gak bawa uang buat
bayar berobat lagi.
“Bu dokter, aduuh gimana ngomongnya
ya, emh, jadi gini Bu, kita kan lagi mau UTS di kampus, 10 menit lagi masuk,
emh.. emh..” kataku terputus, mendadak gagu lagi. “Emh, boleh gak nitip temanku
disini dulu?” tanyaku.
Temanku yang sedang di obati oleh Bu
dokter melotot kejam ke arahku. Ku lihat Bu Dokter tersenyum.
“Boleeh..” jawab Bu dokter pendek.
Sedikit tersenyum.
“Waah makasih banyak Bu, tapi nganuu
Bu, emh.. kita gak bawa uang buat bayar berobat ini,” kataku takut-takut.
Bahaya! Pasti langsung di usir ini, pikirku waktu itu.
“Gak papa, teman kalian boleh disini
dulu istirahat. Ya udah sana, ntar kalian telat lagi.” kata Bu dokter.
“Terus nasibku gimana?” protes
temanku yang sedang di obati Bu dokter.
“Kasih ini saja ke Dosen kalian,” Bu
dokter menyodorkan selembar kertas.
Buru-buru ku ambil, ternyata surat
keterangan sakit.
“Makasih banyak Bu, ini sangat
membantu kita. Maaf sudah merepotkan, sekali makasih Bu. Makasih.” Kataku panjang
lebar. Aku dan temanku yang satupun segera melejit keluar dari ruangan Bu
dokter, menghampiri mang becak yang sedari tadi setia nungguin kita di luar.
Selesai Ujian kita langsung balik
lagi ke tempat prakter Bu dokter, menjemput teman kita, tentunya setelah mampir
ke ATM dulu tadi, ngambil uang untuk berobat. Tapi untungnya Bu dokter baiknya
luar biasa. Pas kitatanya “berapa” Bu dokter bilang gak usah. Katanya cuma
perban sama betadine dikit kok. Kita tersenyum sumringah. Akhirnya kita gak
jadi kelaparan seminggu kedepan karna uang kita gak jadi keluar buat berobat.
Kita pamit pulang dan gak lupa mengucapkan terimakasih yang entah sudah berapa
kali kita ucapkan pada Bu dokter. Sekali lagi TERIMA KASIH BU DOKTER. J
2 komentar:
Waaah, untung bu Dokternya baik hati yaaa...
Iya, Bu dokter ngebayangin kalo yang ngalamin itu anaknya, makanya dia baik :)
Posting Komentar