29 Mei 2013

Sinetron VS Serial Drama Korea

            Oke, kesempatan kali ini aku mau sedikit berbagi atau mungkin lebih tepatnya mengutarakan pendapat tentang sinetron di Indonesia dan Serial drama di korea sana. Setelah beberapa hari kemarin cukup memperhatikan tentang serial drama korea yang sering dibicarakan orang-orang di sosmed, ternyata  bener kata mereka, hati-hati menonton Drama Korea karena sekali dapet feelnya bisa keterusan. Di luar negeri bahkan ada korean addict yang mengurung dirinya di kamar berhari-hari untuk menonton serial Korea sampai tuntas, sinting. Tetapi memang itulah kenyataannya, drama korea itu benar-benar mengaduk-aduk hati para penontonnya dengan cerita yang tidak monoton, akting yang alamiah, perilaku yang tak lebay, romantisme yang pas, dan soundtrack maknyus yang dibuat dengan serius.
            Memang, kita juga punya produk serial yang gak jauh beda sama drama korea yaitu Sinetron alias Sinema Elektronik. Tetapi belakangan Sinetron ini banyak diperbincangkan di dunia maya  karena kualitasnya yang rendah walaupun didukung artis papan atas. Memang tidak semua sinetron itu buruk kualitasnya, dulu aku pernah mendapati beberapa sinetron yang sarat dengan pesan moral dan aku selalu tertarik untuk mengikutinya, tetapi belakangan ini sangat sulit untuk mencari yang sejenis. Mau tahu mengapa aku katakan kualitas Sinetron jauh lebih buruk dari Korea, inilah beberapa perbandingannya:

            Drama Korea : Susah menebak karakter protagonis, harus dilihat menyeluruh setiap episodenya. Kadang tokoh protagonis justru bukan yang alim dan sangat super ultra baik. Untuk cowo biasanya mereka agak tengil, belum ketemu jati dirinya, emosional, tapi sebenarnya mereka baik dan hangat :D . Sedangkan untuk cewe biasanya cerewet, gampang kesal, tetapi sama halnya dengan tokoh cowo yaitu sebenarnya hangat dan tidak ada niat jahat walaupun sekali waktu mereka punya pikiran yang tidak baik.
            Sinetron : Gampang menebak tokoh baik, cari saja Dude Herlino atau yang bermuka sejenisnya, itulah tokoh baiknya :P . Biasanya tokoh baik ini gak punya cela, semua yang dilakukannya ikhlas dan baik plus rajin beribadah. Oleh karena sifat baiknya ini aku anggap “Too Good To Be True” untuk dihadirkan ke dunia nyata. Pun kalau mereka punya emosi, sangat tidak unik karena paling parah ya marah dikit terus kelar deh. Karakter Protagonis sinetron kurang mengangkat sisi negatif si tokoh, palingan sisi negatifnya ya terlalu baik perilakunya sama orang jahat sekalipun, misalnya udah ditabrak tronton dengan sengaja tetapi masih aja memaafkan dengan senyuman tertulus   -_-’
            Drama Korea : Mencari tokoh Antagonis kadang bisa membingungkan di drama korea karena hampir semua yang berlaku jahat tidak sejahat Sinetron. Bahkan yang aku lihat tokoh antagonis terkadang masih punya kebaikan walaupun itu ada di akhir episode. Kesehariannya si tokoh antagonis ini bahkan gak memunculkan sifat antagonisnya. Mereka ya biasa saja berbicara dengan semua orang dan bersosialisasi dengan sewajarnya tanpa ada kerutan di wajah :D
            Sinetron : Gampang, cari aja yang suka ngomong dalam hati sambil ketawa “muhahahahahaha”. Tokoh Antagonis di Sinetron berkelakuan setan, gak percaya? aku pernah gak sengaja nonton sekali episode dan dengan cepat aku tahu yang mana antagonisnya, yang pasti mereka tukang sekap, berkata kotor, berlaku kasar, punya bodyguard atau pembunuh bayaran, tega banget, ah…cape deh.
            Drama Korea : Sangat kuat, selain karakternya yang kuat didukung dengan cerita yang masuk akal dan bervariasi, tidak melulu kisah hidup si miskin melawan si kaya karena kadang gak ada orang miskin-miskin banget. Episode awal-awal akan terkuak di episode terakhir, mengapa begini mengapa begitu , pertanyaan anda akan terungkap jelas di bagian-bagian akhir tanpa ada yang dilebihkan dan ditidakmasuk akalkan. Semuanya pas dan komplit untuk ditonton. Belakangan ini banyak cerita yang agak gak masuk di akal seperti siluman rubah yang jatuh cinta dengan manusia atau roh orang koma yang meminjam tubuh orang lain, walau begitu semua tetap dengan porsinya dan efek yang sewajarnya tanpa harus naik burung Elang raksasa buat transportasi ke Mall atau adu ilmu mirip Harry Potter sama Voldemort (sumpah aku ngakak nulisnya).
            Sinetron : Lemah banget, ceritanya klise. Tokoh baik biasanya orang miskin yang suka orang kaya atau sebaliknya, berkutat antara itu-itu saja. Yang pasti sinetron sering memblow up kemiskinan di Indonesia dengan sewenang-wenang. Entah kenapa alasan jadi miskin gak pernah diceritakan, dan yang miskin juga terus miskin sampe akhir episode. Selain klise, sinetron kadang ceritanya dipanjang-panjangin dan membuat enek karena hanya mengejar rating. 1 hal lagi yang bikin aku tepok jidat, Orangtua mana yang bikin putrinya hilang melulu sampe harus disinetronin -_-’.
            Drama Korea : Variatif dan unik, gak melulu pake nama dan cinta, 2 drama korea terakhir yang aku tonton malah bener-bener representatif banget dalam judulnya. Memang harus begitulah sebuah judul karena mampu mewakili apa yang menjadi inti cerita.
            Sinetron : Berani taruhan kalau 9 dari 10 sinetron pake nama orang sebagai judulnya, Cinta Fitri, Dewa,Cinta Kamila, dsb dsb. Gak kreatif banget kan cari judul, begitulah tumpulnya si pembuat judul Sinetron.
            Drama Korea : Aku gak bisa bilang apa-apa lagi selain TOP B.G.T. Setiap serial Korea punya Soundtracknya sendiri yang pasti bagus! salut dengan musisi Korea yang mampu membuat musik berkualitas dan bahkan menjadi ruh dari serial korea.
            Sinetron : Coba sebutkan sinetron yang memakai OST sendiri? ada? kalaupun ada cuma 1 lagu saja dan selebihnya Sinetron selalu mencomot lagu yang sudah ada. Ekspresi sedih,senang, marah, musiknya selalu KLISE. Jeng Jeng….Jeng Jeng…tolong beritahu aku dimana seni musik itu kalo keluar di setiap Sinetron -_-’ . Yang lebih gila lagi ada 1 stasiun Televisi yang menayangkan FTV gaya sinetron dengan musik ubahan India, DEMI JENGGOT MERLIN!! SIAPA SIH YANG SUKA TONTONAN MODEL BEGINIAN??!
            Drama Korea : Alamiah, inilah yang disebut akting yang sejati. Saat marah mereka wajar terihat alami, penulis cerita sudah mensetting kapan harus teriak kapan harus memendam. Saat sedih maka mereka juga menangis untuk hal yang memang wajar ditangisi dan tangisannya sangat bermakna. Hebatnya si protagonis ini gak pernah tinggal diam kalo dianiaya antagonis secara mental, peran sinisnya dapet banget tanpa harus meringkuk di pojokan kamar setelah dikata-katain.
            Sinetron : ”NGAPAIN KAMU KE SINI, KELUAR! KAMU GAK PANTES DI RUMAH INI!” satu adegan yang berhasil aku tangkap ketika seorang Ibu mengusir teman wanita anaknya yang miskin. Mungkinkah hal ini terjadi di dunia nyata? sekeras apapun hati seorang Ibu, gak sampe berteriak barbar seperti itu ke tamu kecuali ada gangguan kejiwaan. Haruskah aktingnya dibuat bengis, kejam, barbar, tereak-tereak bikin pekak telinga?
            Kemarin sekilas aku ikuti sinetron, ingin membuktikan bahwa dugaan aku salah. Dimulai dengan adegan Michael Zudit menangisi Dimas Anggara yang terbaring lemah di rumah sakit, eh tiba-tiba datang temennya si Aqila masuk ke ruangan sambil tereak-tereak dan setelahnya narik kerah baju Dimas Anggara sambil ngancem Dimas Anggara yang lagi terbaring lemah (kalo aku jadi Michael Zudith, aku getok tu temennya pake genteng).
            Bukannya mau menghina produk sendiri, tapi heran apa dari pihak pembuatnya sendiri gak nyadar hal ini ya? gak mau bikin gebrakan baru gitu? ubah imej Sinetron yang parah jadi seindah Serial Korea. Ada jutaan manusia di Indonesia, gak adakah yang bisa bikin naskah yang bagus buat disinetronin.
            Pesan buat pembuat sinetron dan seluruh krunya, dulang rejeki sih boleh-boleh aja tapi kalau buat cerita yang gak mendidik dan gak bermoral kayaknya mending pindah jadi apaaa gitu dan biarkan anak-anak muda kreatif yang ingin perubahan menggantinya, SETUJU?!

11 komentar:

Anonim mengatakan...

Setuja pisan, Teh. Sinetron kita kebanyakan sangat tidak layak untuk ditonton. Ironisnya, tayangan ini banyak menyihir ibu-ibu rumah tangga dan anak-anak di bawah umur.

Rusyda Andini mengatakan...

iya, kalau melihat acara zaman sekarang, jadi inget jaman '90 an. acara2nya lebih mendidik dan masuk akal..
Hatur nuhun sudah berkunjung :)

mawi wijna mengatakan...

Bisa kita pahami bahwa Sinetron yang tayang di saluran televisi kita itu semata-mata merupakan "produk pasar". Artinya, tujuan utamanya adalah mendulang keuntungan. Alhasil, kekuatan cerita dinomor sekiankan. Padahal itu yang penting, bahwa setiap tayangan harus sarat pesan moral.

Berbeda dengan drama Korea dan drama asing lainnya. Biasanya jumlah episodenya sedikit untuk satu musim tayang. Sekitar 13-15 episode. Karena itu mutu dan kualitasnya bisa terjaga.

Rusyda Andini mengatakan...

Nice coment :)
Trimaksih kunjngannya..

Izzatur Rahmaniyah mengatakan...

jaman terakhir saya nonton sinetron itu SMA kalo gak salah, dulu masih ada FTV dan sinetron di SCTV yang ceritanya lumayanlah buat ditonton seperti Kepompong. Sekarang, saya malah sudah tidak tertarik lagi. Ceritanya banyak yang tidak logis. Seperti kisah cinta anak SD yang menurut saya pada kenyataannya tidak seperti itu. Justru kisah seperti itu yang membuat anak-anak menjadi berpikir seperti orang dewasa. kasihan generasi saat ini mendapat tontonan yang tidak bermutu :)

Rusyda Andini mengatakan...

Woow good opinion :)
sekarang memang banyk acara yg salah target penonton. acara music dan FTV yg seharusnya di tonton remaja/dewasa malah di tonton oleh anak2. semoga pihak2 yg bersangkutan terbuka hatinya agar membuat acara bukan hanya untuk mendulang materi tapi bisa memperhatikan pesan moral untuk penontonnya..

Unknown mengatakan...

Ini seruju nih, pake banget!

Part Time Veterinarian mengatakan...

halo salam kenal...
setuju pake banget sama postingan 1 ini...
kalau menurut saya orang Indonesia kalau bikin sinetron gak pake perencanaan yang matang..
mau bikin berapa episode (kalau rating udah bagus pasti episode bakal nambah 100 kali lipat contohnyta cinta **tri)
dan yang paling penting, kebanyakan sinetron gak ada meaning yang tepat dan gak ada pesan yang disampaikan.
aaaaaa... gak tau deh mesti bilang apa lagi tentang dunia pe-sinetrot-an Indonesia

Rusyda Andini mengatakan...

Toos :D

Rusyda Andini mengatakan...

Good opinion. Secara kasat mata emang bisa dilihat, kalo produser2 per film an indonesia lebih mementingkan keuntungan dan kurang memperhatikan isi, pesan moral yg mau disampaikan di film itu..
Salam kenal juga :)

Unknown mengatakan...

Setuju bgt sama posting ini.sinetron kalo rating nya naik, episode nya ditambah pool poolan.gak ke itung berapa episode, pasti yg selalu kupertanyakan kapan tamatnya alur ceritanya tambah ngaco.kalo korea biar rating sebagus apapun, konsisten episodenya sedikit.itu yg bkin gak bosen.tetap jagalah indonesia ku hahaha

Posting Komentar