Cinta cinta cinta. Ya! Nggak bisa
dipungkiri lagi kalau kehidupan sehari-hari kita itu nggak bisa lepas dari yang
namanya cinta. Cinta bukan melulu tentang cowok, bisa aja ke teman, sahabat,
orang tua atau bisa juga ke Idola. Ngomong-ngomong soal cinta, cinta untuk
siapapun itu nggak akan lepas dari pengorbanan. Nggak sedikit pasangan yang
akhirnya putus di tengah jalan cuma gara-gara salah satu dari mereka nggak mau
berkorban dan perhitungan.
*Lagi makan di Restoran*Cowok: “Yank, ntar bayarnya masing-masing ya.Cewek: “Kok gitu? kamu kan udah janji mau traktir aku.Cowok: “Iya, tapi kan kemarin kamu minjem BB aku buat Facebookan. Pulsa aku kepake 1225 tau. Lagian bukannya dipaketin dulu malah main pake aja. Aku kan jadi nggak bisa ngeVote JKT48 buat jadi Idol Grup terngetop se alam barzah!Cewek: #Gantung diri.
Aku sendiri nggak tau kenapa bisa
bikin prolog kaya diatas buat mengawali postingan ini, tapi yang pasti
postingan ini ada hubungannya dengan pengorbanan. Nah, jadi beberapa hari yang
lalu, kalau nggak salah hari rabu, kesayangannya Bu rym, musuh bubuyutannya
Aciel alias Dedih jatuh sakit. Doi sok sok an donor darah sehari sebelumnya.
Entah Doi yang keukeuh atau petugas PMI nya yang hilaf, di tengah kondisi badan
yang kurang fit, juga body yang kurus kerontang doi tetep nekad mendonorkan
darah. Baru beberapa tetes darah segar mengalir doi pingsan dan ngagolerlah
dia.
Bu rym panik dan dilema. Mau nemenin
di kostan, tapi ada jadwal masuk kuliah. Nggak di temenin, kasian. Daripada
bingung jadilah kita sepakat buat izin masuk dan nganterin Dedih pulang aja ke
haribaan yang maha kuasa rumahnya yang nun jauh disana. Seenggaknya kalau
dirumah ada orang tuanya yang jagain.
FYI aja nih, rumahnya Dedih itu di
Karang Nunggal. Sebuah desa yang kalau dicari di peta nggak akan ketemu sangking
terpencilnya. Jaraknya juga lumayan jauh. Diibaratin nih ya kalau perginya
masih remaja dan lagi cakep-cakepnya gini mungkin pulangnya udah beruban
sangking lamanya perjalanan. Tapi ya namanya cinta, jangankan ke Karang Nunggal
yang masih di bumi Indonesia, ke Zimbabwe aja dijabanin demi kebaikan
kekasihnya. Ckckckck
Tanpa pikir panjang aku sama Bu rym
langsung melesat ke kostan Dedih. Sesampainya disana Bu rym langung membuka
pintu kostan, dan.. Oh no! Semuanya gelap, gelap dan nggak keliahatan apa-apa. Kemana
Dedih? Kenapa semuanya gelap? Aku shock! sampai akhirnya aku sadar, ternyata
aku merem. #Abaikan.
Bu rym ngebantu Dedih beres-beres.
Nggak banyak sih yang di bawa, cuma tas isi baju salin, earphone buat di jalan
sama kandang ayam. Setelah semuanya beres, kita pun berangkat. Dedih dibonceng
sama Bu rym dan aku sendirian nguntit dibelakang. Nggak apa-apalah demi teman.
15 menit perjalanan semuanya
biasa-biasa aja, Dedih cukup kuat buat nahan keseimbangan duduk dibonceng Bu
rym. Sesekali nampak mereka memadu kasih, senyam-senyum ditengah penuhnya
pengguna jalan yang lain. Aku cuma bisa ngeliat mereka dari belakang dengan
menguatkan hati buat nggak nekad nabrakin diri ke tiang listrik karna iri
ngeliat keromantisan mereka. #NasibJomblo tapi sekali lagi, nggak apa-apalah.
Demi temen.
30 menit perjalanan, alam mulai
nggak bersahabat. Mendung ikut mengiringi perjalanan kita sampai akhirnya
hujanpun turun tak terbendung. #Udah Puitis Belom? :D Jadilah kita minggir ke
jalan buat pake jas hujan. Sialnya, begitu jas ujan selesai dipakai, jalan
beberapa meter, ternyata matahari muncul lagi. Ujan berhenti seketika.
Tadinya kita mau tetep pakai jas
ujan, takutnya ujan turun lagi. Tapi sial! Mata-mata penduduk sekitar bikin
kita risih. Raut wajah mereka menyimpan makna:
“Nih orang gila baru kayaknya. Siang
panas terik gini pake-pake jas ujan. #Ngeludah.”
Aku sendiri bener-bener nggak
nyaman. Well, kitapun minggir lagi ke sisi jalan buat neglepas jas ujan.
90 menit berlalu. Pegel linu mulai
menyerang badan bagian tangan dan bokong. Belum lagi jalan yang mulai belak
belok, licin, terjal, bolong-bolong ditambah mobil-mobil raksasa yang makan
badan jalan cukup banyak bikin kita susah buat nyalipnya. Luar biasa perjalanan
siang itu. Tapi Bu rym tetep tancap gas gitu. Padahal di perjalnan-perjalanan
sebelumnya, dia orang paling nggak betah duduk lama-lama di jok motor. Apalagi
perjalanan jauh gini. Tapi ya itulah kekuatan cinta. Cinta
bisa membuat orang buta akan segalanya hanya demi rasa sayang terhadap sang
kekasih #tsaah. 2 jam lebih 10 menit akhirnya kita sampai ke rumah Dedih dalam
keadaan encok dan cenat-cenut disekujur tubuh.
Dedih turun dari motor dan masuk ke
rumah dengan jalan yang agak sempoyongan, entah karna kepalanya yang pusing
atau karna mabok air hujan aku sendiri nggak tau pasti apa penyebabnya. Bu Rym
ikut masuk, pun aku yang juga ngintil dibelakang. FYI lagi nih, rumahnya Dedih
ternyata kaya labirin. Belok, nemu pintu, belok lagi ada pintu lagi, trus
lurus, belok lagi, belok lagi terus belok sampe akhirnya sampailah disebuah
tempat yang bernama ruang tamu. Keren tapi rumit. Sangking rumitnya aku sampe
ngegunain GPS buat jalan ke kamar mandi biar nggak tersesat dan salah arah.
Nggak lama-lama kita di sana. Setelah
makanan yang disuguhin sama Mamahnya Dedih habis kita lumat, Bu rympun langsung
pamit. Nggak lupa mamahnya Dedih nitipin sekarung pisang sama cabe rawit buat
Mamahnya Bu rym. Dan kalau aja difoto mungkin kita udah mirip sama korban
banjir bandang yang mau ngungsi dengan segala macam perabotan yang dikepak
rapih di motor.
Sepanjang perjalanan pulang hujan
turun nggak berhenti-berhenti, keadaan kaya gini mendukung aku buat merenung
dan berfikir, kalau aja aku yang sakit kira-kira ada nggak ya orang yang mau
nganterin aku pulang ke Jambi naik motor. Secara ortu aku kan disana??? Hmm
kebayang gimana asyiknya pulang kampung naik motor dianterin sama orang
tersayang. #SampaiJambiTinggalNama.
Well, aku sengaja mengabadikan
moment kemarin dalam bentuk tulisan dan aku posting di blog ini. Sebagai alarm,
pengingat buat Bu rym sama Dedih yang sekarang ini udah diem-diem tunangan awal
Desember kemarin. Kalau-kalau nanti salah satu diantara kalian mulai ngerasa
jenuh dengan hubungan kalian, kalian bisa baca ulang cerita ini. Salah satu
cerita dari sekian banyak kejadian yang pernah kalian lewati bareng. Dan lihat,
betapa kalian pernah saling memperjuangkan dan berkorban satu sama lain.
Sekalian deh, anggap aja tulisan ini
hadiah dar kita (T.J) atas tunangan kalian. Sorry ye kemarin salah satu dari
kita nggak ada yang datang satupun. Semoga lanjut ke jenjang pernikahan. Hehehe
Sumpah! Kok GaJe banget ye postingan
ini. Bodo ah. Daripada Blog ini dilalerin dan bulukan mending diisi sama
cerita-cerita yang kaya gini. Aku sih yakin, 10 tahun dari sekarang tulisan
yang semacam ini bakal bermanfaat banget. Dan blog ini akan jadi mesin waktu
kalau-kalau kita kangen sama masa-masa absurd kaya sekarang ini. Akhir kata,
bye! See you.
0 komentar:
Posting Komentar